Bagaimana pun negeri Islam memiliki penduduk yang cukup besar yang sangat potensial untuk pasar produk-produk BaratKontes Miss World menjadi ajang bisnis yang sangat besar. Organisasi Miss World yang berkedudukan di Inggris meraup keuntungan jutaan dolar dari perhelatan itu. Organisasi ini memiliki waralaba di 100 negara lebih.
Dulu, pesertanya adalah para kontestan dari Inggris raya yang Kristen. Kemudian berkembang ke negara-negara Kristen lainnya di Eropa, Amerika Latin, dan Afrika—minoritas. Seiring perkembangan, organisasi tersebut kemudian melebarkan sayapnya ke Asia dan Afrika.
Kontes ini mengandalkan media televisi sebagai ujung tombaknya. Ini setelah kontes ini mampu menyedot penonton, mengalahkan ajang olimpiade saat itu. Jaminan ditonton oleh banyak orang inilah yang dijadikan daya tarik bagi produsen yang terkait tubuh wanita untuk mau menjadi sponsornya.
Ekspansi Miss World pelan-pelan pun diarahkan ke negeri-negeri Islam. Bagaimana pun negeri Islam memiliki penduduk yang cukup besar yang sangat potensial untuk pasar produk-produk Barat seperti kosmetik dan pakaian (fashion). Sebelumnya mereka sukses masuk ke India dan Cina yang memiliki penduduk sangat besar.
Dengan kekuatan jaringan media internasionalnya, jaringan Miss World yang tersebar di banyak negara ini menanamkan paham Barat di daerah sasarannya. Mereka mencoba mendefinisikan ‘kecantikan’ itu sendiri dan behavior (perilaku) kepada penduduk dunia.
Sosok kontestan Miss World dari berbagai negara kemudian ditampilkan dalam ajang setiap tahunnya. Dengan kriteria yang sudah ditentukan, sosok tersebut dijadikan sebagai ‘wakil kecantikan’ dari seorang wanita ala Miss World.
Para kontestan ini kemudian dieksploitasi sedemikian rupa dengan menjadikan mereka sebagai alat pajangan bagi produk-produk kosmetik, fashion, dan sebagainya. Mereka pun diarahkan sedemikian rupa untuk mengikuti kemauan panitia Miss World yang nota bene adalah para pengusaha/kapitalis baik di bidang industri kosmetik, fashion, dan industri media. Mereka disuruh pakai bikini, pakaian yang mempertontonkan aurat, dan kemudian aktivitas mereka disiarkan ke seluruh dunia.
Tak hanya menjual produk, melalui cara ini, ajang Miss World menjadi sarana untuk menyebarkan paham kebebasan bagi warga dunia. Termasuk di dalamnya paham liberalisme, sekulerisme, hedonism, pluralism, dan materialism. Ini sekaligus menjadi ajang untuk menanamkan perilaku hedonis dan materialistis. Warga dunia dicekoki berbagai produk untuk dibeli. Perusahaan besar dunia (multinational corporation) mencoba mengeruk keuntungan dari ajang tersebut.
Ketua DPP HTI Rokhmat S Labib menilai, Kontes Miss World merupakan penjajahan bentuk baru. Negara Barat masuk ke negeri Islam dengan merusak budayanya. Parahnya, invasi budaya ini didukung oleh orang-orang yang mengaku Muslim. Para penganut liberalisme inilah yang menjadi robot para kapitalis lokal yang berkolaborasi dengan kapitalis global/asing.
Bukti nyata mereka membawa paham liberalisme terlihat dari pandangan mereka yang anti terhadap syariah Islam. Tahun 2002, pelaksanaan Miss World diarahkan ke Abuja, ibukota Nigeria. Saat itu di negeri tersebut sedang ada wanita Amina Lawal yang sedang menunggu mati dengan dirajam karena perzinaan di bawah hukum syariah. Ajang Miss World saat itu menggunakan pengaruhnya untuk kampanye global membebaskan wanita tersebut.
Termakan Mitos Kecantikan
Ini gara-gara mereka ingin cantik ala Miss-Miss-an itu. [Humaidi]