Rabu, 14 Januari 2015

Peringatan Maulid Nabi Saw. Agar Tidak Menjadi Tradisi dan Seremoni Belaka


Umat Islam biasa merayakan yg diyakini sebagai hari kelahiran Baginda Rasulullah saw dengan istilah “Peringatan Maulid Nabi saw.” atau Muludan. Sejumlah acara biasanya digelar dengan melibatkan jumlah massa yang besar. Di samping tablig akbar dan salawatan (pembacaan shalawat), di kalangan masyarakat tradisional di kampung-kampung, Di sejumlah daerah tertentu, pembacaan Barzanji yang diambil dari nama pengarang naskah tersebut, yaitu Syaikh Ja’far al-Barzanji bin Husin bin Abdul Karim (w. 1766) yg merupakan “menu” wajib yang tidak boleh dilewatkan dan disusun untuk meningkatkan kecintaan kepada Nabi Muhammad saw., begitu dihormati dan diagungkan.

Menurut catatan sejarah, Peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. yang pertama mencetuskan ide Peringatan Maulid Nabi saw. adalah Sultan Shalahuddin al-Ayyubi. Waktu itu tujuannya yaitu untuk memperkokoh semangat umat Islam umumnya, khususnya mental para tentara Muslim yang lemah dalam menghadapi serangan tentara Salib dari Eropa, yang ingin merebut tanah suci Yerusalem dari tangan kaum Muslim. Efeknya memang sangat luar biasa. Dengan Peringatan Maulid Nabi saw. inilah Sultan Shalahuddin saat itu mampu membangkitkan kembali kesadaran kaum Muslim sekaligus semangat jihad mereka dalam membela agama Allah ini.

Sayang, saat ini Peringatan Maulid Nabi saw. sudah jauh bergeser dari motif awalnya. Saat ini, Peringatan Maulid Nabi saw. yang diselenggarakan oleh kaum Muslim telah terjebak dalam rutinitas tahunan dan terkungkung dalam acara seremonial belaka. Akibatnya, efeknya pun kurang terasa. Boleh dikatakan, Peringatan Maulid Nabi saw. saat ini gagal membangkitkan kembali kesadaran dan semangat keagamaan serta ruh jihad kaum Muslim, sebagaimana yang pernah dicapai pada masa Sultan Salahuddin delapan abad yang lalu. Padahal, kondisi saat ini sebetulnya tidak jauh berbeda dengan pada masa Sultan Shalahuddin; kaum Muslim sama-sama dihadapkan pada musuh yang sama, yakni kekufuran dan orang-orang kafir

Saat ini umat Islam sesungguhnya sedang dilanda sejumlah persoalan berat dan kompleks. - secara pemikiran, umat Islam masih dikuasai oleh paham sekularisme; paham yang melemahkan peran agama (Islam) dalam kehidupan. Akibatnya, Islam hanya ada dalam tataran ritual dan spritual belaka; sama persis dengan agama-agama lain. Praktis, dalam kehidupan umum (sosial, politik, ekonomi, pendidikan, dll) ajaran dan hukum-hukum Islam tidak dipakai. 

- secara hukum, saat ini yang diterapkan di negeri-negeri Islam, khususnya di negeri ini, bukanlah syariah Islam, tetapi hukum-hukum sekular, yang bahkan merupakan warisan penjajah.

- secara sosial, akibat penerapan hukum sekular, negeri ini dilanda berbagai persoalan sosial yang sangat berat dan kompleks seperti: membudayanya korupsi; maraknya perselingkuhan dan seks bebas yang bahkan melibatkan para remaja usia sekolah; merebaknya kasus penyalahgunaan narkoba; merajelelanya kasus kriminal lain seperti pencurian pembunuhan, bunuh diri dll.

Dengan penjelasan di atas, jelas sangatlah penting bagi kaum Muslim untuk merefleksikan kembali makna hakiki dari kelahiran (maulid) Nabi Muhammad saw. itu pada saat ini. Karena itu, sudah tiba saatnya seluruh umat Islam dari berbagai aliran pemikiran, mazhab, organisasi, maupun harakah dakwah untuk menyatukan langkah, merapatkan barisan dan berjuang bersama-sama untuk meraih kembali keberhasilan dan kemajuan yang pernah dicapai oleh Rasulullah Muhammad saw.
Sesungguhnya Peringatan Maulid Nabi saw. bukan sekadar kegiatan seremonial dan rutinitas tahunan yang akan berlalu begitu saja tanpa memberikan perubahan sosial dan politik kepada umat Islam. Momentum Peringatan Maulid Nabi saw. hendaknya memberikan bekas dan pengaruh yang nyata dalam memperbaiki masyarakat menuju umat terbaik (khaira ummah), 
sebagaimana firman Allah
"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS al-Ahzab [33]:" Hanya dengan itulah umat Islam dapat meraih kembali kemuliaannya yang hakiki, yang hakikatnya memang hanya milik mereka Wallâhu a‘lam bi ash-shawâb
Unknown Web Developer

Morbi aliquam fringilla nisl. Pellentesque eleifend condimentum tellus, vel vulputate tortor malesuada sit amet. Aliquam vel vestibulum metus. Aenean ut mi aucto.